cookieOptions = {...}; Teknik operasi ovariohysterectomy(OH) | My veterinary days

Tuesday, November 25, 2014

Teknik operasi ovariohysterectomy(OH)


LAPORAN PRATIKUM
ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER
TEKNIK OPERASI OVARIOHYSTERCTOMY

Arista Novi Sandra                              1109005026
Priscilla Maria Sariyono Putri             1109005027
Muhammad Andry Rahim                   1109005030
Agar Sektiono Widodo                        1109005032
Irenius Rea Adja Dji                            1109005033
Nur Hanifah Septiani                           1109005034
Cyrilus Jefferson Bour                         1109005035
Bina Ichsantya                                      1109005036
Putu Bulan Sasmita Dewi                    1109005040
Irma Rozalina                                       1109005041


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
______________________________________________

DOWNLOAD
______________________________________________

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit. Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan di atas adalah melakukan tindakan sterilisasi pada anjing maupun kucing baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau mengangkat ovarium beserta dengan uterusnya (ovariohisterectomy).
Ovariohisterctomy dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia dan neoplasia kelenjar mamae. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal.
1.2  Tujuan
Untuk mencegah meningkatnya populasi hewan, terapi, karena adanya tumor pada ovarium, kista ovari atau tumor pada uterus, atau terjadi pyometra, perubahan tingkah laku sehingga mudah dikendalikan dan lebih jinak, melatih dan meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam persiapan preoperasi, operasi dan perawatan post operasi.
1.3  Manfaat
·   Agar mahasiswa lebih mengerti tentang materi Teknik Operasi ovariohysterectomy.
·   Sebagai bekal menjadi Dokter Hewan.
·   Sebagai prosedur pembedahan pada hewan.

 ______________________________________________

BAB II
PREOPERASI DAN ANESTESI

2.1 Preoperasi
  • Persiapan alat dan bahan
Peralatan yang digunakan antara lain : meja operasi, spuit, scalpel, needle, needle holder, gunting bengkok dan lurus, pinset anatomis dan cirurgis, alli’s forceps, arteri klem anatomis dan sirurgis, tampon, dan sarung tangan.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu benang plain catgut, kain kasa, alkohol 70%, iodium tincture 3%, obat premedikasi (atropine sulfat) dan anestesi (ketamin dan xylazin), antibiotik (penicillin oil) dan obat suportif/pendukung (vit B-kompleks).
·         Persiapan Pasien
Terlebih dahulu dipastikan diagnosa dari pasien untuk mengetahui tindakan operasi yang akan dilakukan untuk sterilisasi atau untuk operasi treatment pada uterus. Hewan dibaringkan ventral recumbency, di bersihkan rambut dan dididesinfeksi.
2.2 Anestesi
Sebelum hewan dianestesi perlu dilakukan pemeriksaan fisik pasien terlebih dahulu yang meliputi :
Hewan                         : Anjing
Berat                           : 4 kg
Umur                           : 2 bulan
Warna                          : Hitam
Nama Pemilik              : Priscilla M.S Putri
Alamat                         : Tukad Batanghari no 5A
No HP                         : 087423767164
Sebelum operasi dilaksanakan, pasien yang telah diperiksa keadaan fisik dan dipuasakan terlebih dahulu selama 8 – 12 jam yang bertujuan untuk menghindari dampak hypersalivasi dan vomit pada pemberian anestesi. Kemudian anjing di timbang untuk menghitung dosis obat premedikasi dan anastesinya.
Perhitungan adalah sbb :
       Rumus = BB x Dosis Anjuran
       Sediaan
       Atropin Sulfat = 4 x ( 0,03 – 0,04 )   = 0,48 – 0,64
       0,025
       Xylasin = 4 x (1 -3 )   = 0,5 – 0,6
       20
       Ketamin = 4 x ( 10 – 15)= 0,4 – 0,6
       100

Pasien diberi Atropin sulfat dengan dosis 0,5 ml secara IM. setelah 10 menit anjing kemudian dianestesi dengan pemberian ketamin 0,5 ml dan xylasin 0,5 ml secara SC. anjing teranestesi pada menit ke 4 setelah penyuntikan. kemudian anjing dibaringkan dengan posisi dorsal recumbency. rambut disekitar daerah yang akan dioperasi digunting dan dibersihkan dengan alcohol.
______________________________________________

BAB III
PROSEDUR OPERASI

Setelah dipersiapkan dan di anastesi, hewan di baringkan pada umumnya (dorsal recombency). Daerah ventral abdominal disiapkan sebagai daerah operasi, yaitu dari xiphoid sampai daerah pubis. Umbilicus di identifikasi dan diperkirakan untuk membagi daerah abdominal menjadi 3 bagian. Pada anjing dilakukan incise mulai dari caudal umbilicus 1/3 bagian cranial abdominal ke caudal sepanjang 4 sampai 8cm. incise yang dilakukan lebih ke caudal akan menyulitkan untuk mengangkat ovarium.
Setelah rongga abdomen terlihat, dimasukan ovariectomy hook. Hook dimasukan menyelusuri dinding bagian kiri abdominal, 2 sampai 3cm di caudal ginjal. Hook digerakan ke media untuk mengangkat cornua uteri dan ligamentumnya. Untuk memastikan bahwa yang diangkat adalah cornua uteri, ditelusuri ke caudal untuk menemukan bifurkasio uteri dan ke cranial untuk menemukan ovarium. Apabila cornua uteri tidak ditemukan dengan menggunakan hook, dilakukan palpasi pada kantong kencing sepanjang incisi. Corpus uteri berada di antara kantong kencing dan colon.
Setelah ovarium ditemukan, dipalpasi adanya ligamentum suspensarium pada ujung proksimal ovarium. Ligamentum di telusuri dengan jari telunjuk, di tarik dan dilakukan pemutusan di dekat ginjal tanpa merobek pembuluh darah. Tanpa dilakukan pemutusan ligamentum, ovarium akan sulit dikeluarkan. Dipasang 2 atau 3 clamp di dekat ovarium untuk persiapan melakukan ligasi. Clamp paling proximal digunakan untuk ligasi, clamp ditengah digunakan untuk memegang saat melakukan ligasi, sedangkan clamp paling luar digunakan untuk mencegah kembalinya aliran darah setelah dilakukan transeksi.
Ligasi pada pembuluh darah pada ovarium menggunakan bentuk”8” dengan benang abrbsorable (2-0, 3-0, chromic catgut, polydioxanone, polygliconat, atau polyglactin 910). Dibuat ikatan dua diatas ikaatan pertama untuk mencegah pendarahan. Dilakukan pemotongan ovarium dan kontrol terjadinya pendarahan. Ovarium diangkat, penggantungnya diangkat dan dikontrol terjadinya pendarahan. Cornua uteri ditelusuri sampai pada bivucarsio uterus untuk mendapatkan cornua dan ovarium di sebelahnya. Diletakkan clamp dan dilakukan ligasi seperti langkah yang telah dijelaskan di atas. Setelah kedua ovarium di potong, uterus ditarik dan di lakukan ligasi pada pembuluh darah di kiri kanan corpus uteri dengan 2-0 cromic catgut dan seluruh corpus uteri juga diikat di dekat servic. Dilakukan pemotongan pada uterus dan diamati terjadinya pendarahan. Dilakukan ligasi jika ada pendarahan.
Sisa potongan uterus dimasukkan ke dalam abdominal sebelum clamp dilepaskan. Dinding abdominal ditutup dan dilakukan penjahitan dengan tiga lapisan ; linea alba dan peritoneum dengan benang chromic catgut pola jahitan simple interupted, subkutan dengan benang chromic catgut pola jahitan simple continous, subkutikuler dengan benang chromic catgut pola jahitan matras, dan kulit dengan benang non-absorbable pola jahitan terputus. 
______________________________________________

BAB IV
HASIL DAN PASCA OPERASI

Perawatan pasca operasi adalah dengan mengganti perban luka secara berkala dan melakukan pengecekan terhadap bekas luka insisi.Mobilitas pasien sebiknya dibatasi untuk menghindari trauma pada bekas luka jahitan.  Stabilisasi pasien dapat dilakukan dengan pemberian multivitamin atau asupan makanan yang baik sehingga proses pemulihan pasien dapat berjalan dengan cepat. Bila menggunakan benang nonabsorable, pelepasan jahitan dilakukan bila luka telah tertutup sempurna.
______________________________________________

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Histerektomi adalah operasi pemotongan atau pengambilan secara keseluruhan dari uterus. Sedangkan Ovariohisterektomi adalah tindakan bedah yang dilakukan untuk mengangkat dan membuang uterus dan ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan betina.
Berbagai kasus yang memungkinkan diambilnya tindakan bedah ini diantaranya adanya  tumor atau kista pada ovarium dan pada kasus pyometra yaitu penimbunan nanah pada uterus. Selain itu, tindakan operasi ini juga dianjurkan dilakukan pada anjing betina yang sudah tua yang tidak ingin dikawinkan lagi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya tumor kelenjar mamae.
5.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah pemilihan lokasi saat melakukan insisi pada saat pembedahan hysterectomy dan ovariohysterektomi harus disesuaikan dengan lokasi agar organ yang kita cari atau organ target dapat ditemukan. Serta di dalam melakukan operasi harus sesuai dengan prosedur operasi yang ada serta penanganan pasca operasi harus selalu di perhatikan dan dikontrol.
______________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Sudisma, N.G.R et al. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Denpasar: Pelawa Sari.

Resent post


Recent Posts Widget