Arista Novi Sandra 1109005026
Priscilla Maria Sariyono Putri 1109005027
Muhammad Andry Rahim 1109005030
Agar Sektiono Widodo 1109005032
Irenius Rea Adja Dji 1109005033
Nur Hanifah Septiani 1109005034
Cyrilus Jefferson Bour 1109005035
Bina Ichsantya 1109005036
Putu Bulan Sasmita Dewi 1109005040
Irma Rozalina 1109005041
Muhammad Andry Rahim 1109005030
Agar Sektiono Widodo 1109005032
Irenius Rea Adja Dji 1109005033
Nur Hanifah Septiani 1109005034
Cyrilus Jefferson Bour 1109005035
Bina Ichsantya 1109005036
Putu Bulan Sasmita Dewi 1109005040
Irma Rozalina 1109005041
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
______________________________________________
DOWNLOAD
______________________________________________
______________________________________________
DOWNLOAD
______________________________________________
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Luka adalah rusak atau hilangnya
sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam
atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, atau gigitan hewan lainnya. Ketika luka
timbul, beberapa efek akan muncul adalah seperti hilangnya seluruh atau
sebagian fungsi organ, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri,
serta terjadi kematian sel pada jaringan yang rusak tersebut.
Proses yang kemudian terjadi pada
jaringan yang rusak ini ialah proses penyembuhan luka. Penyembuhan luka
merupakan proses yang kompleks. Jenis sel khusus secara beruntun membersihkan
jejas, kemudian membangun dasar secara progresif (scaffolding) untuk mengisi
setiap efek yang ditimbulkan.
Tujuan penyembuhan luka adalah
mengembalikan kondisi homeostasis sehingga dicapai kestabilan fisiologis
jaringan atau organ. Pada kulit terjadi
penyusunan kembali jaringan kulit ditandai dengan terbentuknya epitel
fungsional yang menutupi luka. Pada jejas yang lebih luas dan parah, mungkin
tidak akan bisa mengembalikan fungsinya seperti semula secara sempurna.
Luka kulit sembuh melalui proses
penyembuhan primer atau penyembuhan sekunder. Proses penyembuhan tersebut pada
dasarnya merupakan proses yang sama namun perbedaannya lebih karena sifat luka
itu sendiri yaitu dari segi keluasannya. Kesembuhan luka primer adalah
penyembuhan luka yang kedua tepinya bertemu dalam upaya penyembuhan lukanya.
______________________________________________
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT
2.1 Tujuan Penulisan
§ Menjabarkan macam-macam
luka yang sering ditemui kasusnya.
§ Memberikan informasi
pengetahuan sebab terjadinya luka dan cara penanggulangannya.
§ Melatih mahasiswa agar
dapat mengidentifikasi jenis luka sekaligus penyebab dari luka tersebut.
2.2 Manfaat Penulisan
§ Mahasiswa mampu mejabarkan jenis-jenis luka yang ditemui dalam
kasus sehari-hari.
§ Mahasiswa dapat memahami proses terjadinya luka serja mekanisme
penanganan luka.
§ Mahasiswa mampu mempraktekkan penanganan luka sesuai
prosedurnya.
______________________________________________
BAB
III
TINJAUAN
PUSTAKA
3.1 Jenis
Luka Berdasarkan Tingkat Kontaminasi
a)
Clean
Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah
takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi
pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka
bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi
luka sekitar 1% - 5%.
b)
Clean-contamined
Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan
luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
c)
Contamined
Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka
terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini
juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10%-17%.
d)
Dirty
or Infected Wounds (Luka kotor atau
infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
3.2 Jenis
Luka Berdasarkan
a)
Stadium I : Luka
Superfisial (Non-Blanching Erithema)
: yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b)
Stadium II : Luka (Partial Thickness) : yaitu hilangnya
lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan
luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang
yang dangkal.
c)
Stadium III : Luka (Full Thickness) : yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat
meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.
Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan sekitarnya.
d)
Stadium IV : Luka (Full Thickness) yang telah mencapai
lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3.3 Jenis
Luka Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka
a)
Luka akut : yaitu luka
dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
b)
Luka kronis yaitu luka
yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen
dan endogen.
3.4 Jenis
Luka Berdasarkan Sebab Terjadinya Luka
a)
Vulnus Laceratum
(Laserasi/Robek)
Jenis luka ini
disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka
tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.
b)
Vulnus Ekskoriasi (Luka
Lecet)
Penyebab luka karena
kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit merupakan
luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.
c)
Vulnus Punctum (Luka
Tusuk)
Penyebab adalah benda
runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka terbuka
dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai
abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).
d) Vulnus
Contussum (Luka Kontusio)
Penyebab: benturan
benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup,akibat dari kerusakan pada
soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah
(hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ
dalam terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius.
e)
Vulnus Scissum/Insivum
(Luka Sayat)
Penyebab dari luka
jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka akibat
dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.
f)
Vulnus Schlopetorum
(Luka Tembak)
Penyebabnya adalah
tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak
teratur kadang ditemukan corpus alienum.
g)
Vulnus Morsum (Luka
Gigitan)
Penyebab adalah gigitan
binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka tergantung dari
bentuk gigi.
h)
Vulnus Perforatum (Luka
Tembus)
Luka jenis ini
merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau
proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ
jaringan.
i)
Vulnus Amputatum (Luka
Terpotong)
Luka potong, pancung
dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka membentuk
lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb
j)
Vulnus Combustion (Luka
Bakar)
Penyebab oleh karena
thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan berbagai
derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau
anesthesia.
______________________________________________
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Anastesi
Anestesi yang digunakan pada penanganan luka dapat
dilakukan dalam dua cara, yaitu anestesi lokal ataupun umum. Anestesi lokal
digunakan apabila pasien dapat di restrain dengan baik. Apabila sebaliknya, restrain tidak bisa
dilakukan, dapat menggunakan anestesi umum. Pada pelaksanaan anestesi umum dilakukan dengan menyuntikan atropin secara IM yang bertujuan untuk mencegah terjadinya muntah. Setelah 10 menit maka dilakukan penyuntikan xylazin dan
ketamin sebagai obat untuk anesthesi sesuai dengan dosis. Pada
anastesi lokal, anastesi dilakukan dengan lidokain 2% yang disuntikan pada
kulit sekitar luka.
4.2 Preoperasi
Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan sebelum dilakuannya
operasi sebagai berikut :
1.
Meja bedah, alat bedah
minor, spuit, needle, kain drep, tampon, kasa
2.
Benang
absorbable dan non absorbable,
sarung tangan, alkohol 70%, iodine
tincture 3%, antibiotik,
lidocaine 2% atau ketamin-xylazin dan atropin sulfat.
3.
Antibiotik suntik,
antibiotik tabur, B-Kompleks
4.
Ruang dan tempat operasi
dibersihkan, peralatan bedah disterilkan, serta dipersiapkan obat-obatan yang
diperlukan.
5.
Dilakukan pemeriksaan
fisik.
6.
Operator
harus siap melaksanakan operasi, telah memahami prosedur operasi, terampil,
siap fisik dan mental.
7.
Setelah
semuanya siap, hewan dapat memasuki ruang operasi.
8.
Persiapan
terakhir adalah membersihkan rambut yang ada di sekitar site operasi dan
menutup site operasi dengan kain drep.
4.3 Penanganan Pada Masing-Masing Jenis Vulnus
a) Vulnus
Laceratum (Laserasi/Robek)
-
Diberi bius lokal
setelah itu luka dibersihkan dengan antiseptik
-
Apabila di dalam luka
terakumulasi nanah,lakukan insisi seperlunya pada permukaan luka dan dikeluakan
nanah dengan cara di tekan hingga dipastikan bersih dari nanah.
-
Vulnus dibubuhi
antibiotic
-
Dijahit dengan benang
non-absorable pola simple intrupted
-
Apabila vulnus dalam
keadaan tidak bernanah maka hanya dibersihkan dengan antiseptic saja.
b) Vulnus
Ekskoriasi (Luka Lecet)
-
Dibersihkan dengan
antiseptic secara rutin sampai vulus kering
c) Vulnus
Punctum (Luka Tusuk)
-
Diberi bius lokal
-
Fiksasi benda yang
tertancap pada tubuh korban dengan menggunakan pembalut penekan atau pembalut
cepat yang salah satu sisinya digunting sebagai pengkait benda yang tertancap.
-
Memastikan kedalaman
luka tusukan.apabila tusukan yang terjadi tidak terlalu dalam maka hanya
diberikan antiseptic dan dibiarkan luka terbuka agar tidak terjadi tetanus.
-
Apabila luka yang
terjadi cukup dalam dan terjadi perdarahan hebat maka dilakukan ligase pembuluh
darah besar yang terpotong
-
Lakukan penutupan
jaringan dengan jahitan pada muscullus dengan benang absorbable pola jahitan
simple intupted,subkutan dan kulit
dengan benang non-absorable pola jahitan simple intrupted.
d) Vulnus
Contussum (Luka Kontusio)
-
Yang perlu dilakukan
adalah kompres dengan air dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi
pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek.
e) Vulnus
Scissum/Insivum (Luka Sayat)
-
yang perlu dilakukan
adalah membersihkan dan memberikan antiseptic.
-
jangan langsung
mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka
dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya
seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya.
Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser
karena setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.
-
Setelah mengetahui
posisi peluru pada luka tembak luar bisa langsung dilakukan pencabutan peluru
-
namun apabila luka
tembak dalam maka peluru harus dikeluarkan dan
muscullus
bekas posisi peluru di jahit dengan simple intrupted benang absorabable.
g) Vulnus
Morsum (Luka Gigitan)
-
Anestesi lokal.
-
Pembilasan luka dengan cairan
garam faali.
-
Sterilisasi luka
menggunakan yodium povidum 1 %, klorheksidin ½ %, yodium tincture 3 %, alkohol
70 %.
-
Daerah vulnus
dikelilingi dengan kain steril
-
Pembersihan luka dari kotoran,
benda asing, jaringan mati, pinggir kulit .
h) Vulnus
Perforatum (Luka Tembus)
-
Anestesi lokal.
-
Pembilasan luka dengan
cairan garam faali.
-
Sterilisasi luka
menggunakan yodium povidum 1 %, klorheksidin ½ %, yodium 3 %, alkohol 70 %.
-
Lakukan tindakan
operasi untuk memeriksa apakah ada organ bagian dalam yang terluka. Jika ada, lakukan penanganan dengan menjahit
luka bagian dalam.
-
Lakukan penjahitan
untuk menutup luka dibagian kulit.
-
Penanganan vulnus
perporatum ini lebih difokuskan pada penanganan pasca operasi.
i)
Vulnus Amputatum (Luka
Terpotong)
-
Anestesi lokal.
-
Pembilasan luka dengan
cairan garam faali.
-
Sterilisasi luka
menggunakan yodium povidum 1 %, klorheksidin ½ %, yodium 3 %, alkohol 70 %.
-
Lakukan tindakan
operasi agar luka bekas amputasi tidak semakin parah.
-
Sama seperti diatas,
penanganan vulnus amputatum lebih difokuskan pada penanganan pasca operasi
j)
Vulnus Combustion (Luka
Bakar)
-
Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air
mengalir, tujuannya untuk memindahkan kalor, bukan menggunakan odol apalagi
minyak tanah.
-
Bila terbentuk bula boleh dipecahkan
-
Perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan
tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi.
-
Kebutuhan cairan pada pasien luka bakar sangat diperlukan.
4.4 Pasca Operasi
Setelah
penanganan luka, selanjutnya dibersihkan dengan menggunakan antiseptik. Bila
memungkinkan hewan dapat dikandangkan, dan
disuntikan antibiotic sesuai dosis secara IM pada
kejadian luka yang dalam. Penyuktikan B-Kompleks juga bisa dilakukan pada kasus
luka dengan trauma yang dalam.
______________________________________________
BAB
V
PENUTUP
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Persiapan
anastesi pada setiap jenis luka berbeda-beda. Ada yang bisa ditangani tanpa
menggunakan anastesi, namun pada kasus luka yang dalam, harus dilakukan
anastesi agar hewan tidak kesakitan. Secara umum, persiapan alat yang
dibutuhkan pada setiap penanganan kasus ini adalah antiseptik dan alat bedah
minor. Jenis luka ada banyak dan setiap jenis tersebut memiliki penanganan yang
berbeda.
Pada
jenis luka yang tidak terlalu dalam, hanya dilakukan pembersihan pada luka sampai
luka sembuh. Hal ini seperti pada luka Vulnus Ekskoriasi (Luka Lecet), Vulnus
Contussum (Luka Kontusio), Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat), dan Vulnus
Combustion (Luka Bakar).
Pada
jenis luka dalam, perlu dilakukan pembedahan atau penanganan yang lebih serius.
Hal ini seperti pada Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek), Vulnus Punctum (Luka
Tusuk), Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak), Vulnus Morsum (Luka Gigitan), Vulnus
Perforatum (Luka Tembus), dan Vulnus Amputatum (Luka Terpotong).
5.2 Saran
Sebaiknya
pada penanganan luka, dilakukan sesuai kebutuhan dan sesuai keadaan hewannya.
Kebanyakan kasus penanganan luka adalah emergency kasus. Sehingga tidak akan
sempat menjalankan operasi sesuai prosedur. Jadi kami menyarankan agar
mendahulukan kepentingan pasien disbanding mengikuti prosedur.
______________________________________________
DAFTAR
PUSTAKA
Advancis Medical. 2013. Advanced veterinary wound care. USA : Dechra
Vet
Dudley, HAF, dkk. 2000. Pedoman
Tindakan Medik dan Bedah. Jakarta : EGC
Keast, David. 2004. The Basic Principles of Wound Healing. Terdapat
pada :[http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9782957]. Dibuka pada tanggal 10
November 2014
Meliasyah, Ekimelians. 2013. Macam-Macam Luka dan Cara
Penanganannya. Terdapat pada : [http://penkesnasional.blogspot.com/2013/07/macam-macam-luka-dan-cara-penanganannya.html].
Dibuka pada tanggal 10 November 2014
Rusdiana, Linda. 2012. Perawatan
Luka. Terdapat pada : [http://lindarusdiana1.blogspot.com/2012/perawatan-luka/].
Dibuka pada tanggal 10 November 2014
Taqwim, A. 2011. Proses
Penyembuhan Luka. Terdapat pada : [http://dentosca.wordpress.com/2011/04/06/proses-penyembuhan-luka/].
Dibuka pada tanggal 10 November 2014
Winkler, Kevin P. 2012. General Principles of Wound Healing.
Terdapatpada : [http://www.merckmanuals.com/vet/emergency_medicine_and_critical_care/wound_management/general_principles_of_wound_healing.html].
dibuka pada tanggal 10 November 2014