TUGAS MATA KULIAH
ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER
BEDAH CAESAR PADA ANJING
Oleh:
IRMA ROZALINA
1109005041
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
______________________________________________
DOWNLOAD
______________________________________________
______________________________________________
DOWNLOAD
______________________________________________
BAB
I
PENDAHULUAN
Sectio caesaria
berasal kata latin “Caesaria” yaitu “caeso matris utera” yang berarti memotong
uterus induk (Johnston, 1968). Bedah sesar disebut juga dengan seksio sesarea
(disingkat dengan sc)
adalah proses persalinandengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di
perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi.
Bedah caesar
umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Operasi ini
merupakan tindakan terakhir yang harus diambil
oleh seorang dokter hewan untuk menghentikan masa kebuntingan, baik yang
disebabkan oleh distokia maupun oleh sebab-sebab yang lain. Dan dapat menjadi tindakan utama untuk penyelamatan induk bahkan.
Sebelum operasi
cesar dilakukan yang terlebih dahulu diperhatikan adalah pemilihal obat
anestesi. Pada operasi cesar dapat digunakan anestesi umum dan anestesi local.
Ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan komplikasi yang akan terjadi pada
induk pasca operasi. Komplikasi-komplikasi yang mungkin akan terjadi terhadap
induk pasca operasi cesar antara lain: gangguan pada luka operasi, peritonitis,
emfisema sub kutaneus, retensi membran fetus, metritis, mastitis, infertilitas,
bahkan adanya kemungkinan kematian mendadak pada induk (Jackson, 2004).
Beberapa
penyebab kematian neonatal adalah persalinan lama, hipoksia dan distosia. Hal
ini dapat fisiologis dan bahkan perilaku, atau bahkan dari lingkungan. Beberapa
kematian anak anjing berasal dari masalah genetik atau infeksi. Studi
menunjukkan bahwa 20 sampai 30% dari semua anak anjing lahir meninggal sebelum
usia enam bulan, sebagian besar karena kematian neonatal. Dalam beberapa kasus
melahirkan kadang ada anjing yang harus melewati proses Cesar. Banyak sebab
yang menyebabkan anjing harus dicesar seperti ras, anatomi dan genetik, atau kesehatan
anjing tersebut (Joy,2012)
______________________________________________
BAB
II
TUJUAN
DAN MANFAAT
2.1 Tujuan
Tujuan
penulisan paper ini adalah agar dapat memberikan informasi tentang apa definisi
dari operasi caesar, teknik operasi caesar, preanastesi serta anastesi yang
digunakan dalam operasi dan penanganan pasca operasi pada anjing.
2.2 Manfaat
Setelah
membuat paper ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan apa yang menjadi isi
dari paper ini dan juga diharapkan paper ini dapat menjadi panduan oleh
berbagai pihak yang ingin mengetahui lebih banyak hal tentang operasi caesar pada anjing
______________________________________________
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Operasi caesar adalah
prosedur operasi (bedah) untuk mengeluarkan janin (fetus) dengan insisi
(membuka) melalui dinding abdomen (laparotomi) dan uterus (hiskotomi).
Operasi caesar pada hewan pertama kali yang berhasil
menyelamatkan indukan dan anakan pada tahun 1813, yaitu pada indukan sapi,
kemudian tahun 1815 berhasil dilakukan pada domba kemudian semakin berkembang
operasi caesar pada berbagai spesies lainnya. Operasi caesar pada anjing
dilakukan pertama kali berhasil pada tahun 1878.
Beberapa
penyebab kematian neonatal adalah persalinan lama, hipoksia dan distosia. Hal
ini dapat fisiologis dan bahkan perilaku, atau bahkan dari lingkungan. Beberapa
kematian anak anjing berasal dari masalah genetik atau infeksi. Studi
menunjukkan bahwa 20 sampai 30% dari semua anak anjing lahir meninggal sebelum
usia enam bulan, sebagian besar karena kematian neonatal. Dalam beberapa kasus
melahirkan kadang ada anjing yang harus melewati proses Cesar. Banyak sebab
yang menyebabkan anjing harus dicesar, diantanya:
·
Faktor ras
Ada beberapa jenis anjing yang memang harus melewati
proses cesar jika melahirkan. Contohnya: Bulldog, Chihuahua, Pomeranian,
Yorkshire ,dll juga sering mengalami operasi cesar karena tidak mempunyai
tenaga atau anaknya terlalu besar.
·
Faktor anatomi dan
genetik
Anjing yang memiliki pinggul
yang sempit biasanya mengalami kesulitan untuk melahirkan secara normal. Anjing
yang berpinggul sempit, seringkali juga melahirkan anak yang berpinggul sempit.
·
Faktor kesehatan
Faktor ini sering terjadi, anjing yang dalam keadaan
hamil terserang penyakit. Penyakit yang sering menyebabkan anjing harus di
cesar:
o infeksi saluran rahim dan vagina.
Anjing hamil
yang terserang penyakit keputihan kemungkinan besar akan melahirkan anak dengan
kondisi buta karena anakan yang keluar akan melewati cairan keputihan yang
banyak mengandung bakteri atau virus.
o Anoreksia
Ada anjing
yang sedang hamil nafsu makannya menurun sehingga mengganggu kualitas
kesehatannya . Biasanya terjadi ketika usia kehamilan makin tua, rahim yang
membesar menekan usus pencernaan sehingga anjing susah makan.
Anjing hamil yang kesulitan makan akan semakin turun
tingkat kesehatannya dan ini akan mempengaruhi kesehatan janin pula. Sehingga
perlu dilakukan operaso caesar.
Tujuan dilakukan operasi
ini adalah untuk mengeluarkan fetus dari uterus secepat mungkin. Indikasi utama
melakukan sectio caesaria adalah distokia karena fetus terlalu besar, kesalahan
posisi fetus, pertumbuhan fetus yang tidak normal, atau kelemahan pada uterus.
Penggunaan anestesi umumnya menggunakan anestesi
epidural dengan menggunakan 0ml/kg dari lidocaine 2%, campuran 1:1 dari
lidocaine 2% dan bupivacaine 0,5% dapat bekerja sebagai blockade yang cukup
lama dengan keamanan yang sama. Penambahan 0,1mg/kg morfin preservative pada
lidocaine juga dapat dilakukan untuk memperpanjang efek anestesi.
______________________________________________
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1. Indikasi
Indikasi utama melakukan sectio caesaria adalah distokia
karena fetus terlalu besar, kesalahan posisi fetus, pertumbuhan fetus yang
tidak normal, atau kelemahan pada uterus. Secara rinci dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a)
Indikasi
medis
·
Power
Yang memungkinkan dilakukan
operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau
penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga
·
Passanger
Ukuran anak yang terlalu
besar, posisi anak dalam kandungan yang abnormal (sungsang), serta anak
menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin/fetus kacau dan
melemah)
·
Passage
Ukuran
panggul induk yang sempit dan kemungkinana adanya infeksi pada saluran
keluarnya anak (fetus) yang dapat menular ke anak.
b)
Indikasi
Induk
·
Usia
Usia menjadi pertimbangan
dapat atau tidak dilakukannya operasi caesar karena baik pertama kali atau
sudah memasuki usia tua (hamil tua) juga sama2 memiliki resiko.
·
Tulang panggul
Ukuran tulang panggul yang
tidak sesuai dengan lingkar kepala janin dapat menyebabkan kesulitan melahirkan
·
Hambatan pada jalan keluar
janin
Hambatan dapat terjadi karena
adanya tumor ataupun karena kelainan bawaan.
·
Kelainan kontraksi rahim.
Kontraksi rahim lemah dan
tidak terkoordinasi atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat
melebar pada proses persalinan sehingga kepala bayi tidak terdorong.
·
Ketuban yang pecah dini.
c) Indikasi janin/fetus
·
Keadaan gawat pada janin
(fetal distress) seperti detak jantung melambat.
·
Ukuran janin yang terlalu
besar
·
Posisi janin dalam kandungan
·
Faktor plasenta
·
Kelainan pada tali pusar
4.2.Pre-Operasi
1.
Persiapan alat, dan instrumen bedah
Alat
dan bahan instrumen bedah yang diperlukab dalam operasi harus disterilisasi.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan autoclave, ataupun alkohol 70%. Sterilisasi
ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi pada luka operasi yang dapat
menghambat kesembuhan luka
Bahan
yang perlu disiapkan adalah kapas, kain, kasa, tampon, plester, disinfektan,
antiseptik, dan sarung tangan. Dan obat- obatan yang diperlukan adalah
premedikasi, anestesi, antibiotika, hemostatika, antiradang, dan infus.
2.
Ruang bedah
Ruang dan tempat operasi dibersihkan,
peralatan dalam ruangan dibersihkan
dan disterilkan. Di dalam ruang juga perlu
dipersiapkan alas kasi khusus. Serta ruangan memiliki penerangan yang cukup
terutama saat mengoperasi site operasi.
3.
Pasien
Sebelum
anjing di operasi perlu dipersiapkan beberapa hal, yaitu:
a.
Radiografi abdomen
b.
Tes laboratorium
Dilakukan pemeriksaan fisik
dan laboratorium terhadap pasien. Pasien dipuasakan selama 8-12 jam dengan
tujuan untuk menghindari dampak pemberian anestesi dan untuk membersihkan
saluran cerna.
c. Puasa pra operasi
Persiapan hewan:
pengosangan colon dan vesica urinaria. Pembersihan dan pencucian daerah abdomen
caudal. Sebelum dilakukan keduanya, hewan diberi premedikasi, secepatnya hewan
tersebut diletakkan di meja operasi. Infus dengan larutan elektrolit sehingga
efek obat lebih cepat terdistribusi. Persiapan terakhir adalah anasthesi
(Archibald.1984).
4.
Operator
Operator harus siap melaksanakan operasi, telah memahami prosedur operasi,
terampil, siap fisik dan mental.
4.3.Premedikasi dan
anestesi
·
Pre medikasi
Atrophin sulfat (1/150 gram)
atau morphin sulfat (1/8) - ½ gr) diberikan secara SC 30 menit sebelum operasi dengan dosis sekecil
mungkiin karena merupakan memliki efek depressan pada fetus. 15 menit setelah
pemberian premedikasi, induk lebih mudah ditangani, setelah 30 menit diberikan
anasthesia berupa eter dengan metode inhalasi (Archibald.1984).
Pre medikasi dapat diberikan
dengan menggunakan analgesia regional, seperti acepromazin 0,01-0,02 mg/kg BB
dan oxymorphne 0,03-0,06 mg/kg BB diikuti infiltrasi lokal line blok 2 mg/kg BB
lidokain (Slatter and Douglas, 2002).
·
Anestesi umum
Anastesi umum jarang
dipergunakan untuk operasi caesar karena dapat mnyebabkan pembiusan pada
puppies. Biasanya menggunakan propofol atau isofluran. Penggunaan secara
intravena tidak membahayakan bagi induk, namun menyebabkan fetal acidosis dan
hipoksia.
Preparat barbiturat secara
intravena relatif aman digunakan,seperti lidokaine 0,25-0,5 mg/kg BB atau
diazepam0,1-0,4 mg/kg BB. Anastesi ketamin 4-6 mg/kg BB dikombinasikan dengan diasepam
0,2-0,4 mg/kg BB atau midazolam 0,1-0,3 mg/kg BB secara intravena merupakan
teknik induksi yang cepat untuk suport kardiovaskular apabila terjadi kondisi
yang kritis.
Jika bradikardia muncul,
atropin 0,02-0,04 mg/kgBB intravena atau intramuskular menjadi anti kolinergik
yang bagus karena glikorolat tidak menembus barier plasenta, dan induksi
ophioid bradikardia mungkin terjadi pada fetus. Xilazin tidak direkomendasikan
untuk sectio caesaria karena menyebabkan mortalitas tinggi pada hewan kecil. Xilazin
dapat mengakibatkan fetal bradikardia, hipertensi, dan hipoksemia setelah 20
menit pemberian (Slatter and Douglas, 2002).
4.4.Teknik Operasi
Anjing dibaringkan dengan posisi dorsal
recumbency. kemudian rambut dicukur terlebih dahulu untuk streilisasi selama operasi. Di
sekitar daerah yang akan dibedah dibersihkan terlebih dahulu dengan alcohol
70%. Setelah
dibersihkan dengan alkohol, dibersihkan lagi dengan cairan Betadine.
|
Gambar 1. Posisi dorsal
recumbency
|
Anjing
ditutupi dengan kain drap
operasi, daerah yang terbuka adalah
daerah yang akan di bedah. Perut anjing dibedah dengan pisau
operasi selapis demi selapis. Proses ini dilakukan dengan sangat hati-hati
karena jika tidak pisau akan memotong organ tubuh lainnya.
|
Gambar 2. Penutupan dengan
drap
|
Keluarkan
uterus dari rongga abdomen, kemudian insisi bagian uterus agar nantinya fetus
mudah dikeluarkan.
|
Gambar 3. Pengeluaran uterus
|
Keluarkan
uterus dari rongga abdomen, kemudian insisi bagian uterus agar nantinya fetus
mudah dikeluarkan
|
Gambar 4. Incisi uterus
|
Tali pusar anak anjing yang masih
menempel dipotong.
|
Gambar 5. Pemotongan tali
pusar
|
Periksa abdomen dan
dipastikan tidak ada perdarahan sebelum menjahit perut.
|
Gambar 6. Pemeriksaan
abdomen
|
Jahit dengan penjahitan ada tiga tahap .
Lapisan peritonium,
linea albb, dan lapisan
kulit luar.
|
Gambar 7. Penjahitan tiga
lapisan
|
Proses
penjahitan telah selesai. Anjing biasanya akan tersadar dalam beberapa jam.
Sebagian ada yang mengalami gigil tubuh. Selama belum sadar penuh, anjing
harus tetap di infuse dan dibawah pengawasan dokter hewan.
|
Gambar 8. Penjahitan selesai
|
4.5.Pasca Operasi
Setelah
dilakukan operasi, tindakan selanjutnya adalah melakukan perawatan pasca
operasi pada anjing. Perawatan pasca operasi terdiri dari penanganan induk dan
anak (Puppies).
·
Untuk penanganan induk
bisa dengan:
a. Pemeriksaan
bagian yang insisi bila ditemukan tanda-tanda infeksi yang meliputi :
kemerahan, pembengkakan dan nyeri.
b. Pembatasan
pemberian latihan selama 3 minggu.
c. Pemberian
antibiotik jika perlukan.
d. Pemberian
obat antipsikotik dalam beberapa kasus dibutuhkan.
·
Sedangkan pada puppies
dapat diberikan perlakuan sebagai berikut :
a. Pembersihan
puppies dari lendir setelah keluar dari uterus.
b. Perlu
lingkungan yang hangat.
c. Pemberian
makanan tambahan jika induk tidak menyusui.
d. Swab
perineum untuk merangsang buang air kecil dan buang air besar.
______________________________________________
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Indikasi utama melakukan
sectio caesaria adalah distokia karena fetus terlalu besar, kesalahan posisi
fetus, pertumbuhan fetus yang tidak normal, atau kelemahan pada uterus. Hal
yang penting sebelum melakukan operasi adalah pemeriksaan anjing secara rontgenologi,
dan pertimbangan mampu atau tidaknya hanjing di caesar. Karena tujuan dilakukan operasi
ini adalah untuk mengeluarkan fetus dari uterus secepat mungkin dengan
pertimbangan bahwa induk atau anak atau bahkan keduannya dapat diselamatkan.
Operasi cukup lama, namun
menggunakan anestesi epidural sedangkan anestesi umum menggunakan anestesi
inhalasi agar tidak berpengaruh pada fetus. Dan ketika fetus telah dapat di
keluarkan dari uterus maka fetus juga dilakukan perawatan dan makanan tambahan
selama induk belum bisa menyusui.
5.2. Saran
·
Perhatikan
penggunaan preanastesi dan anastesi, sesuaikan dengan kebutuhan
pasien.
·
Lakukan operasi
sesuai dengan prosedur dan
hindari pemberian induksi anastesi karena dari beberapa sumber menjelaskan
bahwa induksi tidak patut diberikan dalam pelaksanaan operasi.
·
Pasca operasi
batasi aktifitas anjing diluar rumah untuk
menghindari infeksi yang dapat
menimbulkan komplikasi dan hal lain yang tidak diinginkan.
·
Lakukan perawatan
secara intensif pasca operasi agar anjing
cepat sembuh.
______________________________________________
DAFTAR
PUSTAKA
Sudisma, I Gusti Ngurah dkk. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Pelawa Sari Denpasar
press. Bali
Slatter, D. 2002. Text Book of Small Animal
Surgery 2nd edition. United States of America: WB saunders.
Tobias, M.K. 2010. Manual of Small Animal
Soft Tissue Surgery. A John Wiley & Sons, Ltd., Publication : Tennese,
United State of America
Ravenhill, Peter. 2012. Dealing with Dystocia in the field.
B&W Equine Group, Willesley Equine Clinic: Tetbury, UK.
Hughes, Tom. 2012. Dealing with Dystocia in a Referral Hospital. The Liphook Equine
Hospital: Hampshire, UK.
Kushnir, Y and Epstein, A. 2012. Anesthesia for the Pregnant Cat and Dog.
The Hebrew University of Jerusalem: Israel.
Jones, R. S. 2001. Epidural Analgesia in the Dog and Cat. University Departement
of Anesthesia, University of Liverpool:
UK
Erwin. 2009. Dampak
Anestesi Ketamin pada Cesar. http://erwinvetsurgery.blogspot.com.
28 Oktober 2014
Wikipedia. Caesarean
section. http://en.wikipedia.org. 28 Oktober 2014
Joy. 2012. Penanganan
Distokia Pada Anjing Dengan Sectio Caesaria. http://joysukses.blogspot.com.
30 Oktober 2014
Aert, Marcel Van. Caesarean section. http://www.buitenpraktijk.ugent.be.
30 Oktober 2014
Kelley, R. L. Nutritional Management of the Bitch: Pre-breeding to
Whelping. http://www.woodhavenlabs.com
3 November 2014