cookieOptions = {...}; Megaesofagus | My veterinary days

Friday, January 30, 2015

Megaesofagus

ILMU RONTGENOLOGI VETERINER


MEGAESOPHAGUS

Nur Hanifah Septiani               1109005034
Cyrilus Jefferson Bour             1109005035
Bina Ichsantya                         1109005036
Putu Bulan Sasmita Dewi         1109005040
Irma Rozalina                           1109005041
Elsa Hidayati                            1109005042
Elti Febilani                              1109005047
Noviriolla Maria                       1109005048
Siereh Eugene                         1109005087
A.A. Trisna Jiwani                   1109005088

  
LABORATORIUM BEDAH VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2014
______________________________________________

DOWNLOAD
______________________________________________

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dewasa ini, hewan peliharaan sudah menjadi hal yang biasa di masyarakat. Hewan kesayangan seperti anjing dan kucing masih menjadi yang terpopuler. Oleh karena itu, dokter hewan harus lah banyak menambah wawasan tentang hal yang sering maupun tidak yang terjadi di lapangan. Salah satu penyakit yang jarang ada di lapangan adalah megaesofagus.
Megaesofagus merupakan suatu penyakit dimana esophagus membesar secara permanen. Megaesofagus merupakan penyakit yang susah didiagnosa dengan pandangan mata biasa. Penyakit ini sering dikelirukan dengan penyakit saluran nafas. Hal ini dikarenakan saat membesar, esophagus akan menekan trachea sehingga terlihat seperti ada nya gangguan sistem pernafasan.
Megaesofagus harus didiagnosa dengan menggunakan x-ray. Gambaran radiografinya inilah yang nanti akan dijadikan dasar dalam mendiagnosa megaesofagus. Pada beberapa kasus esophagus dengan berisi gas, agak sulit dilakukan dnegan plain radiografi. Maka dari itu, perlunya disediakan barium sulfat sebagai kontras positif yang akan bisa memperjelas bentuk esophagus.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun masalah yang kami angkat dalam menulis makalah ini adalah :
·  Apa penyebab/etiologi megaesophagus?
·  Bagaimana gejala klinis dari hewan yang menderita megaesophagus?
·  Bagaimana gambaran radiografi dari hewan yang menderita megaesophagus?
·  Treatment atau cara penyembuhan apa yang bias dilakukan bagi hewan penderita megaesophagus?

1.3  Tujuan
Mengetahui yang dimaksud dengan penyakit megaesophagus, penyebab, ciri-ciri hewan yang menderita, dan bagaimana penanganan yang tepat bagi hewan penderita megaesophagus.

1.4  Manfaat
Menambah pengetahuan dan referensi bagi pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Kedoteran Hewan mengenai penyakit megaesophagus pada hewan
______________________________________________

BAB II
PEMBAHASAN

Penyakit ini dikenal juga dengan achalasia, yaitu dimana terjadi dilatasi esophagus. Megaesophagus seringkali sulit untuk didiagnosa dan dideteksi. Banyak hewan yang mengalami penyakit ini dapat menjalani hidupnya dengan keadaan yang relative normal. Kondisi ini dilaporkan terjadi pada anjing, kucing, musang dan hewan lainnya. Pada keadaan megaesophagus, otot-otot kerongkongan gagal dan tidak bisa mendorong makanan atau air ke dalam perut. Makanan yang tertelan akan tinggal di esofagus dalam rongga dada dan tidak dapat turun ke lambung. Komplikasi yang paling serius dari megaesophagus adalah bahwa cairan pencernaan / makanan akan tinggal di beberapa titik di kerongkongan yang umumnya menghasilkan aspirasi cairan pencernaan / makanan, yang menyebabkan pneumonia.

ETIOLOGI
Megaesophagus bisa menjadi cacat bawaan atau didapat saat dewasa. Pada anjing muda megaesophagus dapat disebabkan oleh anomali cincin vaskular, lengkungan aorta persisten, atau idiopatik (tidak diketahui penyebabnya). Dalam kasus pada anjing dewasa, megaesophagus dapat disebabkan oleh penyebab primer atau sekunder. Penyebab megaesophagus primer adalah idiopatik, sedangkan megaesophagus sekunder merupakan akibat dari penyakit lain. Penyebab paling umum dari megaesophagus sekunder adalah penyakit myasthenia gravis. Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun kronis dari transmisi neuromuskular yang menghasilkan kelemahan otot. Megaesophagus sekunder karena adanya penyakit yang seringkali tidak terlihat.



GEJALA KLINIS
Biasanya ditemukan regurgitasi pakan dan minum, berat badan turun atau pertumbuhan terhambat, hipersalivation, halitosis dan terdengar suara saat menelan. Ada rasa sakit saat dipalpasi pada servikal esophagus. Gejala lain yang menyertai dan menjadi penyebab megaesophagus adalah kelemahan, paresis atau paralisis, ataksia, gagging, disfagia, rasa sakit atau depresi. Mungkin juga ditemukan batuk, discharge nasal mukopurulent dan dispnea akibat aspirasi pneumonia.
Perubahan lain berkaitan megaesophagus adalah respiratori crackles, takipnea, pireksia, myalgia, lemah otot, atrofi otot, hiporefleksia, defisit proprioceptive and postural, gangguan autonomik (mydriasis dengan tidak adanya pupillary light reflex, nasal kering dan membrana mukosa okular, diarrhea, bradikardi), defisit syaraf kranial (khususnya SK VI, IX, dan X), paresis atau paralisis, and perubahan mental.

Gambaran radiografi normal esofagus dan megaesophagus

(Radiografi Megaesofagus yang menggunakan kontras Barium Sulfat)


(Gambaran esophagus dilihat dalam posisi Ventro-dorsal)

TREATMENT
Pada beberapa kasus dilakukan pengobatan simptomatik dnegan memberi nutrisi yang baik. Pasien harus diberi makanan yang berbentuk kecil namun memiliki kalori yang cukup tinggi. Pada saat makan, posisikan pasien bertumpu pada kedua kaki belakangnya agar makanan bisa masuk ke lambung dnegan dibantu gaya gravitasi. Disarankan menggunakan gastrotomy tube pada pasien yang kondisinya sangat lemah. Namun tidak disarankan menggunakan esophageal tube karena bisa menimbulkan pneumonia aspirasi. 
______________________________________________


BAB III
KESIMPULAN

3.1 Simpulan
Megaesophagus merupakan penyakit dimana terjadinya dilatasi pada esophagus. Pada keadaan megaesophagus, otot-otot kerongkongan gagal dan tidak bisa mendorong makanan atau air ke dalam perut. Megaesophagus bisa menjadi cacat bawaan atau didapat saat dewasa. Gejala klinisnya antara lain regurgitasi saat mencerna pakan dan minum, berat badan turun atau pertumbuhan terhambat, hipersalivation, halitosis dan terdengar suara saat menelan.

3.2 Saran

Diharapkan bagi para calon dokter hewan yang membaca paper ini, agar segera bisa menolong pasien, minimal dengan membawanya ke dokter hewan terdekat. Mengetahui penyakit dari awal sangatlah perlu agar tidak timbul efek lain yang tidak diinginkan.
______________________________________________

DAFTAR PUSTAKA
American kennel club. 2013. Megaesophagus. Diakses pada : 30 Oktober 2014. From : http://www.akcchf.org/
Brooks, W.C. 2014. Megaesophagus. Diakses pada : 30 Oktober 2014. From : http://www.veterinarypartner.com/
Mosallanejad, B. et al. 2010. The possible relationship of megaesophagus and canine distemper in two German shepherd dogs. Iranian Journal of Veterinary Research, Shiraz University, Vol. 11, No. 4, Ser. No. 33, 2010. From : http://ijvr.shirazu.ac.ir/
Zwingenberger, A. 2007. Diagnosing megaesophagus in dogs and cats. Diakses pada : 30 Oktober 2014. From : http://www.veterinaryradiology.net/


Resent post


Recent Posts Widget