ILMU RONTGENOLOGI VETERINER
MEGAESOPHAGUS
Nur Hanifah Septiani 1109005034
Cyrilus Jefferson Bour 1109005035
Bina Ichsantya 1109005036
Putu Bulan Sasmita Dewi 1109005040
Irma Rozalina 1109005041
Elsa Hidayati 1109005042
Elti Febilani 1109005047
Noviriolla Maria 1109005048
Siereh Eugene 1109005087
A.A. Trisna Jiwani 1109005088
Cyrilus Jefferson Bour 1109005035
Bina Ichsantya 1109005036
Putu Bulan Sasmita Dewi 1109005040
Irma Rozalina 1109005041
Elsa Hidayati 1109005042
Elti Febilani 1109005047
Noviriolla Maria 1109005048
Siereh Eugene 1109005087
A.A. Trisna Jiwani 1109005088
LABORATORIUM
BEDAH VETERINER
FAKULTAS
KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS
UDAYANA
TAHUN
2014
______________________________________________
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dewasa
ini, hewan peliharaan sudah menjadi hal yang biasa di masyarakat. Hewan
kesayangan seperti anjing dan kucing masih menjadi yang terpopuler. Oleh karena
itu, dokter hewan harus lah banyak menambah wawasan tentang hal yang sering
maupun tidak yang terjadi di lapangan. Salah satu penyakit yang jarang ada di
lapangan adalah megaesofagus.
Megaesofagus
merupakan suatu penyakit dimana esophagus membesar secara permanen.
Megaesofagus merupakan penyakit yang susah didiagnosa dengan pandangan mata
biasa. Penyakit ini sering dikelirukan dengan penyakit saluran nafas. Hal ini
dikarenakan saat membesar, esophagus akan menekan trachea sehingga terlihat
seperti ada nya gangguan sistem pernafasan.
Megaesofagus
harus didiagnosa dengan menggunakan x-ray. Gambaran radiografinya inilah yang
nanti akan dijadikan dasar dalam mendiagnosa megaesofagus. Pada beberapa kasus
esophagus dengan berisi gas, agak sulit dilakukan dnegan plain radiografi. Maka
dari itu, perlunya disediakan barium sulfat sebagai kontras positif yang akan
bisa memperjelas bentuk esophagus.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun masalah
yang kami angkat dalam menulis makalah ini adalah :
· Apa penyebab/etiologi
megaesophagus?
· Bagaimana gejala klinis
dari hewan yang menderita megaesophagus?
· Bagaimana gambaran
radiografi dari hewan yang menderita megaesophagus?
· Treatment atau cara
penyembuhan apa yang bias dilakukan bagi hewan penderita megaesophagus?
1.3 Tujuan
Mengetahui yang
dimaksud dengan penyakit megaesophagus, penyebab, ciri-ciri hewan yang
menderita, dan bagaimana penanganan yang tepat bagi hewan penderita
megaesophagus.
1.4 Manfaat
Menambah
pengetahuan dan referensi bagi pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Kedoteran
Hewan mengenai penyakit megaesophagus pada hewan
______________________________________________
BAB
II
PEMBAHASAN
Penyakit ini
dikenal juga dengan achalasia, yaitu dimana terjadi dilatasi esophagus. Megaesophagus
seringkali sulit untuk didiagnosa dan dideteksi. Banyak hewan yang mengalami
penyakit ini dapat menjalani hidupnya dengan keadaan yang relative normal.
Kondisi ini dilaporkan terjadi pada anjing, kucing, musang dan hewan lainnya. Pada
keadaan megaesophagus, otot-otot kerongkongan gagal dan tidak bisa mendorong
makanan atau air ke dalam perut. Makanan yang tertelan akan tinggal di esofagus
dalam rongga dada dan tidak dapat turun ke lambung. Komplikasi yang paling
serius dari megaesophagus adalah bahwa cairan pencernaan / makanan akan tinggal
di beberapa titik di kerongkongan yang umumnya menghasilkan aspirasi cairan pencernaan
/ makanan, yang menyebabkan pneumonia.
ETIOLOGI
Megaesophagus
bisa menjadi cacat bawaan atau didapat saat dewasa. Pada anjing muda megaesophagus
dapat disebabkan oleh anomali cincin vaskular, lengkungan aorta persisten, atau
idiopatik (tidak diketahui penyebabnya). Dalam kasus pada anjing dewasa, megaesophagus
dapat disebabkan oleh penyebab primer atau sekunder. Penyebab megaesophagus
primer adalah idiopatik, sedangkan megaesophagus sekunder merupakan akibat dari
penyakit lain. Penyebab paling umum dari megaesophagus sekunder adalah penyakit
myasthenia gravis. Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun kronis dari
transmisi neuromuskular yang menghasilkan kelemahan otot. Megaesophagus
sekunder karena adanya penyakit yang seringkali tidak terlihat.
GEJALA
KLINIS
Biasanya ditemukan
regurgitasi pakan dan minum, berat badan turun atau pertumbuhan terhambat,
hipersalivation, halitosis dan terdengar suara saat menelan. Ada rasa sakit
saat dipalpasi pada servikal esophagus. Gejala lain yang menyertai dan menjadi
penyebab megaesophagus adalah kelemahan, paresis atau paralisis, ataksia,
gagging, disfagia, rasa sakit atau depresi. Mungkin juga ditemukan batuk,
discharge nasal mukopurulent dan dispnea akibat aspirasi pneumonia.
Perubahan lain
berkaitan megaesophagus adalah respiratori crackles, takipnea, pireksia,
myalgia, lemah otot, atrofi otot, hiporefleksia, defisit proprioceptive and postural,
gangguan autonomik (mydriasis dengan tidak adanya pupillary light reflex, nasal
kering dan membrana mukosa okular, diarrhea, bradikardi), defisit syaraf kranial
(khususnya SK VI, IX, dan X), paresis atau paralisis, and perubahan mental.
(Radiografi
Megaesofagus yang menggunakan kontras Barium Sulfat)
(Gambaran esophagus dilihat
dalam posisi Ventro-dorsal)
Pada beberapa
kasus dilakukan pengobatan simptomatik dnegan memberi nutrisi yang baik. Pasien
harus diberi makanan yang berbentuk kecil namun memiliki kalori yang cukup
tinggi. Pada saat makan, posisikan pasien bertumpu pada kedua kaki belakangnya
agar makanan bisa masuk ke lambung dnegan dibantu gaya gravitasi. Disarankan
menggunakan gastrotomy tube pada pasien yang kondisinya sangat lemah. Namun
tidak disarankan menggunakan esophageal tube karena bisa menimbulkan pneumonia
aspirasi.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Megaesophagus
merupakan penyakit dimana terjadinya dilatasi pada esophagus. Pada keadaan
megaesophagus, otot-otot kerongkongan gagal dan tidak bisa mendorong makanan
atau air ke dalam perut. Megaesophagus bisa menjadi cacat bawaan atau didapat
saat dewasa. Gejala klinisnya antara lain regurgitasi saat mencerna pakan dan
minum, berat badan turun atau pertumbuhan terhambat, hipersalivation, halitosis
dan terdengar suara saat menelan.
3.2 Saran
Diharapkan
bagi para calon dokter hewan yang membaca paper ini, agar segera bisa menolong
pasien, minimal dengan membawanya ke dokter hewan terdekat. Mengetahui penyakit
dari awal sangatlah perlu agar tidak timbul efek lain yang tidak diinginkan.
______________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
American kennel club. 2013. Megaesophagus. Diakses
pada : 30 Oktober 2014. From : http://www.akcchf.org/
Brooks, W.C. 2014. Megaesophagus. Diakses pada : 30
Oktober 2014. From : http://www.veterinarypartner.com/
Mosallanejad, B. et al. 2010. The possible
relationship of megaesophagus and canine distemper in two German shepherd dogs.
Iranian Journal of Veterinary Research, Shiraz University, Vol. 11, No. 4, Ser.
No. 33, 2010. From : http://ijvr.shirazu.ac.ir/
Zwingenberger, A. 2007. Diagnosing megaesophagus in
dogs and cats. Diakses pada : 30 Oktober 2014. From : http://www.veterinaryradiology.net/